Proses belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini adalah hal yang sesungguhnya sangat mendasar dari sebuah proses belajar. Namun seringkali pada kenyataanya proses belajar menjadi tidak menyenangkan dikarenakan banyak faktor, salah satunya pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Selain itu, gaya belajar dan gaya berpikir siswa yang berbeda-beda juga menjadi salah satu kendala.
Oleh karena itu, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu, segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. Dan bagi pendidik, penting sekali untuk mengetahui gaya belajar dan gaya berpikir tiap-tiap anak didik agar dapat menentukan model pembelajaran seperti apa yang paling tepat.
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap informasi dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2003). Secara umum menurut DePorter modalitas terdiri dari tiga macam, yaitu modalitas visual (belajar dengan cara melihat), modalitas auditorial (belajar dengan mendengarkan) dan modalitas kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Sedangkan gaya berpikir adalah kombinasi kelompok perilaku yang merupakan paduan antara persepsi otak (persepsi konkret dan persepsi abstrak) dan kemampuan pengaturan informasi (sekuensial dan acak). Orang yang masuk dalam dua kategori “sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedangkan orang-orang yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2003). Tidak setiap orang harus masuk ke dalam salah satu klasifikasinya. Walaupun demikian, kita cenderung pada yang satu daripada yang lainnya. Beberapa orang bisa saja mempunyai keseimbangan diantara semua cara, namun kebanyakan jelas lebih menyukai satu cara dan melampaui tiga cara lainnya.
Mengetahui kecenderungan cara berikir sejak dini membuat kita mampu memecahkan suatu masalah dengan memilih solusi paling efektif bagi keadaan semacam itu. Dengan kata lain, kita telah menyiapkan “karpet merah” menuju lebih banyak kesuksesan dengan mengetahui dominasi cara berpikir kita sejak dini.
Model pembelajaran merupakan suatu pola/rencana yang dilakukan untuk mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Model pembelajaran dalam penerapannya, secara umum bercirikan lima hal, yaitu sintaksis, hubungan guru-murid (prinsip reaksi guru), sistem sosial, penunjang (sistem pendukung), dan dampak instruksional (efek pengajaran / pengiring).
Dengan demikian efektif tidaknya suatu proses pembelajaran akan sangat tergantung antara metode dan model pembelajaran yang digunakan guru dengan kecenderungan gaya berpikir siswanya.
Pada penelitian yang pernah dilakukan Anthoni Gregorc, dengan menggunakan metode quisioner yang dijawab oleh beberapa orang dan kemudian dikumpulkan kembali dan diolah untuk mendapatkan kesimpulan diketahui bahwa sesorang itu memiliki kecenderungan gaya berpikir sekuensial konkret (SK), sekuensial abstrak (SA), acak konkret (AK), dan acak abstrak (AA).
DAFTAR PUSTAKA
- Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2003. Quantum Learning. Kaifa: Bandung
No comments:
Post a Comment